Saturday, June 26, 2010

Sepedahan Bersama: XC Ke Rindu Alam Juni 2010

Setelah kepengin banget XC setelah sekian lama terakhir ke Sukamantri, akhirnya jadi juga, namun karena beberapa hal adik dan teman ada beberapa yang batal ikut. Daripada tidak jadi sudah tanggung jalan dua-an doang dengan Kang Yanto dari Kelapa Gading yang juga pengen nyobain RA. Thanks to my Boss di rumah yang akhirnya dengan berat hati mengijinkan (ngorbanin beberapa acara yang tadinya bisa ke Bandung dan nginep di puncak, meski sptnya good things karena macetnya weleh-weleh)
Berangkat dari rumah jam 5 pagi jemput Kang Yanto di Gadog sampe di Tugu/Warung RA sekitar jam 6:30 an, udara masih segar dan tidak crowded. Malamnya sempat hujan deras juga jadi kepikiran apakah trek basah, ternyata cukup kering mungkin daerah puncak tidak hujan parah.
Setelah mempersiapkan gear, dan mengaktifkan GPS BB + NavFunPro + track dari everytrail.com (thanks lupa namanya). Akhirnya XC pun dimulai, asyik banget rasanya, karena udara segar, cuaca mendukung dan pemandangan nya jernih banget... (kalau bawa SLR pasti dapet foto yang mantap).

Jalur dari Tugu RA 
Jalur Hardpack diselingi macadam ke arah kebun teh
Perjalanan dimulai dengan jalur yang cukup mulus dengan tanah hardpack diselingi macadam ke arah kebun teh. Jalur relatif turun terus, dengan pemandangan yang luar biasa di kanan memandang ke arah Bogor.

Narsis Mejeng dulu sebelum lanjut gowes

Panorama Pemandangan



Sambil istirahat turun single track

Pemandangan luar biasa dengan cuaca yang sangat bersahabat

Panorama Pemandangan



Bersihin kaca mata karena kadang2 ada sarang laba atau serangga kecil


Yanto melewati sungai kecil naik ke jalur tracking TTB abis susah


Oops banyak batu hati2 kena RD bisa rusak



Jalur single track sempit seperti jalur air... bisa nyangkut pedal ke tanah jalan pelan2 seru.


Jalur kebun teh kemudian dilanjutkan ke arah kiri masuk ke jalur single track yang cukup sempit, namun asyik kecepatan turun harus dijaga. Kadang kala terlalu dekat sehingga kalau ngerem bisa nyundul. Tanah relatif basah tapi tidak terlalu licin. Untuk Yanto sempat upgrade ban ke ukuran lebih besar lumayan nambah grip. Di Trance X0 pemakaian Gravity Dropper lumayan membantu memudahkan pengaturan keseimbangan badang mundur tanpa terhalang kursi, kalau mau duduk juga ok sehingga balance lebih rendah, pas tanjakan baru sadel dinaikan lagi. Setelah melewati single track yang cukup menantang akhirnya keluar ke arah kebun teh lagi dan kali ini mendekat ke arah area pabrik teh Gn. Mas. 

Pemandangan sebelum memasuki kawasan Gn Mas

Panorama Pemandangan



Masuk diarea pabrik teh, GPS BB+NavFunPro ngak dapet sinyal jadi mulai tanya kiri kanan



Setelah area Gn Mas, GPS BB + software NavFunPro yang sebelumnya ok, sempat tidak sengaja ketekan tombol close, dan setelah itu tidak dapat sinyal lagi, (lama locknya). Mulai dari sini hampir dibilang tidak pakai  bantuan GPS dan tracknya, alias tanya penduduk disekitarnya yang ketemu di jalan. Mereka cukup ramah dan memberitahu jalur sepedahan yang sepertinya memang sudah umum dilalui... Thanks folks.
Setelah memasuki jalur Taman Safari, maka mulai lah jalur tanjakan yang seringkali disebut tanjakan Ngehe. Di mulai dari pintu masuk Tmn Safari sudah banyak joki sepeda dan ojek menanti menggoda iman. Dengan bilang terima kasih, akhirnya dicoba nanjak... sampai ditengah sudah ngos2an... dan berhenti. Hebatnya tuh joki anak kecil mulai dari pertigaan taman Safari sampai atas masih ngikutin kita pakai lari lagi... Setelah Yanto pikir2 dan berdua agree agar bisa pulang tidak terlalu siang akhirnya nyerah deh pakai joki ha.ha. jadi batal... mencoba untuk menaklukkan tanjakan Ngehe (ini baru 1 apalagi yg 2 dgn jalan macadam). Memang para joki penggoda iman tanjakan. Meski ini bukan sesuatu yang bisa dibanggain untuk diceratakan namun karena memang tujuannya ber XC ria bukan nanjak (sekedar alasan).

Sampai di gubuk setelah tanjakan Ngehe diputuskan untuk lanjut, karena tidak berbekal rute GPS, ternyata itu baru Ngehe 1 dikirain sudah lewat Ngehe 2 jadi pas turun langsung masuk kebun teh lagi, dan disini rute turun terus dengan jalan macadam dan rumput ditengahnya yang lumayan mengurangi dampak jalan macadam.   Turun bisa dilaju kencang. Dan sempat kehilangan keseimbangan ke arah pohon teh. (Keasyikan meluncur turun sambil cari jalur non batu).

Istirahat isi bensin bekal roti

Narsis lagi

Jalur Ngehe 2 sepertinya ke arah kaki gunung

Pemandangan Panorama kebun teh dari Gubuk



Jalur turun ngebut... diantara pemandangan yang keren banget...


Jalur turun dan naik untuk akhirnya masuk ke arah hutan lindung (cuman sepotong saja, kalau panjang asyik banget)


Panorama rute ke arah hutan lindung, dari arah kiri turun, terus, dan terlihat jalur memanjang ke arah masuk hutan lindung, keren banget jalurnya



Foto dulu di plang hutan lindung

Masuk jalur hutan lindung udara segar banget, beda karena terlindung pohon, seperti memberikan oxygen tambahan.
Jalur setelah mendekati akhir jalur XC sudah mulai onroad

Sempat-sempatnya Yanto update BB kirim foto ngeracunin goweser KG lainnya he.he

Setelah keluar, ke jalur onroad, sisanya adalah cerita mencari jalan pulang lewat jalur belakang (bukan jalan raya puncak), ke arah Gadog, dengan sebentar2 tanya kiri - kanan jalur turun ke Gadog. Jalannya dikirain turun terus ternyata diselingi beberapa tanjakan yang sempat bikin ngos-ngosan lagi. Diselingi istirahat akhirnya sampai juga di Gadog jalan raya puncak. Akhir dari perjalan XC yang keren... harus diulang lagi... kapan2 untuk mencoba tanjakan ngehe1-2 tanpa joki... kalau + TTB oke kali ya he.he.

Sunday, June 13, 2010

General Topics: Buku tentang Sepeda

Selain majalah ada beberapa buku yang cukup menarik sayangnya tidak punya banyak koleksi, sebagian besar buku sepeda yang bagus masih buku luar negri, untuk buku dalam negri hanya punya satu yang lumayan menarik bahasannya dan sepertinya dicetak terbatas dan belum pernah di cetak ulang. Haloo penerbit besar? apakah akan ada cetak ulang? atau buku2 sepeda yang baru? terutama sepeda MTB...

1. The Complete Mountain Biking Manual
Buku ini membahas teknik MTB mulai dari pemula hingga mahir (mau jadi pembalap) baik dari segi peralatan: mulai dari sepeda, spare part, asesoris, teknik perbaikan: darurat dan bengkel sendiri, teknik persiapan tubuh: baik latihan, porsi latihan, pemanasan dsb. Sangat lengkap informasinya, agak sedikit outdated versinya tapi masih lebih dari 80% relevan (hanya model sepedanya saja yang mulai outdated), sepertinya ada di KinoKuniya. Recommended


Contoh isi halaman, pakai kertas glossy

2. Bicycle Maintenance & Repair
Berbagai tips, tricks dan cara2 perbaikan yang bisa dilakukan sendiri baik dengan alat yang umum maupun khusus. Dilengkapi dengan foto2 step by step yang cukup mudah diikuti, sangat berharga buat yang senang ngoprek sepeda (ada pembahasan tentang cara kerja parts sepeda juga). Sepertinya dapat diperoleh di KinoKuniya. Recommended


Contoh isi halaman beserta foto step by step

General Topics: Majalah Sepeda Dalam dan Luar Negri

Meski saat ini internet sudah menjadi sumber utama untuk informasi, namun hardcopy tetap merupakan sumber yang masih belum tergantikan (sampai nanti Ipad nya versi super tipis). Bacaan sebelum tidur, di perjalanan, majalah2 sepeda memberikan informasi menarik, review produk, tips2, sayang review track dalam negeri sangat jarang.

MAJALAH DALAM NEGERI

1. Ridebike
Majalah terbitan Gramedia ini sifatnya tematik, meski diselingi beberapa info umum, tapi didominasi oleh tema terbitannya. Misalnya waktu tema Downhill hampir 80% isinya tentang downhill, lalu Cross Country, dan terakhir  Sepeda Low Rider dsb. Dulu ada Seli tapi kelewat edisinya. Isinya terutama di seri Cross Country lumayan padat, baik review sepeda, review track JPG, Cihuni dsb. Sayang belum ada majalah yang menarik seperti di LN. Dulu Cycling ok tapi semakin kesini isinya agak tidak karuan. Ada dimana2 cukup banyak dan cepat habis sepertinya cetak terbatas?


2. Cycling
Majalah ini sepertinya yang paling lama mulai terbit di DN, kapannya kurang tahu, tapi sudah sering banget liat majalah Cycling Indonesia dari beberapa tahun lalu, kalau check di websitenya cycling.co.id, arsipnya sejak tahun 2000an. Melihat beberapa edisi tahun lama misalny 2008 dsb, isinya masih cukup oke ada tips service komponen, ada review track di dalam negeri, tapi terbitan terakhir isinya didominasi berita2 saja, dengan sedikit tips dan banyak juga review yang bersifat advertorial (alias iklan). Moga2 kritiknya nya sampai, dan bisa lebih baik lagi. Untuk nambah bacaan sebelum tidur. Dijual di toko2 buku ternama dipinggir jalan juga ada (loper koran) tapi terbitannya tidak teratur.



MAJALAH LUAR NEGRI
1. Spin (Singapore)
Majalah ini sebenarnya dari Singapore? atau Malaysia karena didominasi toko2 di Singapore dan cerita2 seputar Asean. Lebih banyak review advertorial dari merek2 sepeda mungkin dapat income ya. Lumayanlah ada beberapa review produk baru. Tapi review nya sepeda secara umum bukan hanya MTB saja, jadi mixed category sih. Dijual di toko buku ternama di kota2 besar sepertinya. Jadi membelinya tidak masalah, cukup mudah. Hanya saja sama seperti 2 majalan DN, terbitannya masih tidak teratur? atau masuk kesininya bermasalah?



2. Mountan Bike Action MBA (US)
Ini majalah favorit untuk majalah LN, bahasan tips lengkap, review cukup bervariasi dan ok rekomendasinya, ada iklan, barang2 baru, Trek2 menarik di US (terbitan US). Jadi bisa melihat orang US main MTB nya dimana dan seperti apa. Informatif isinya. Harganya yah lumayan karena import, tapi karena kertasnya relatif tipis masih cukup reasonable untuk majalah luar. Bacaan yang direkomendasi untuk pencinta MTB. Bisa diperoleh di toko buku Times atau KinoKuniya atau outlet penjual majalah asing (di Gramedia GI, Matraman dsb)


3. Mountain Bike Rider - mbr (UK)
Majalah terbitan UK ini juga berbobot isinya, bahkan ada review track dengan peta, rating tingkat kesulitan, dan tips2 untuk mencoba track yang dibahas cukup detil. Patut dicontoh oleh majalah dalam negri. Reviewnya juga lengkap seperti MBA diatas. Referensi harga dalam Pounds tentunya. Kalau mau pesan barang ada alamat website yang melayani international order sama seperti MBA diatas. Majalah LN kedua yang isinya mantap untuk para pencinta MTB. Recommended. Sama seperti diatas dapat diperoleh di outlet penjual majalah asing (hanya saja lebih jarang ditemukan)


4. Moutain Bike (Australia)
Majalah MTB berikutnya yang berbobot isinya datang dari Australia negara tetangga, isinya hampir sama dengan 2 majalah diatas, cukup berbobot dengan review2 menarik. Hanya saja lebih jarang bisa ditemukan di  dalam negri. Edisi dibawah ini membahas rute dengan pemandangan menakjubkan di New Zealand, bisa jadi cita2 suatu saat untuk XC di sana hmmm... mimpi dulu ah.

5. Cycling Asia (Asia)
Ini salah satu versi Asia dari majalah luar Cycling (apakah Indo version juga dulunya mengambil lisensi? sekarang tidak?) Isinya bahasan/review produk, trek2 di Singapore, dan Malaysia, berita2 dari Indonesia dan sebagainya. Secara konten cukup berbobot dan menarik, disertai tips, tapi karena majalah bi-category alias dua kategori yaitu MTB dan Road (di split dua bagian) jadi agak kurang maksimal untuk pencinta MTB, namun lumayan bisa baca2 review di category Road. Hanya saja majalah ini beredar di Singapore deh, karena coba nyari di Jakarta belum ketemu.

6. Moutain Bike Magazine (US)
Majalah tipis ini terbitan US, isinya agak sedikit unik, baik tips dan reviewnya namun gayanya agak kurang teknis jadi kalau mau mencari detil informasi review agak kurang, tapi bahasan artikelnya cukup dalam seperti bagaimana pembuatan sepeda karbon seperti yang ada di edisi dibawah ini. Mencoba berbeda dari MBA, ukuran tipisnya tidak juga membuatnya jadi murang banget. Hanya beda sedikit dengan MBA mungkin kalah volume saja. Majalah ini ditemukan di toko buku Times di Jakarta, kurang tahu kalau di outlet majalah asing apakah mudah ditemukan atau tidak.



7. Bicycling (US)
Majalah umum sepeda, sepertinya terbitan US, didominasi sepeda Road, ada sedikit bahasan sepeda MTB, tapi secara umum majalah ini bersifat umum dalam membahas kategori sepeda.

Saturday, June 12, 2010

Bike Equipment: Blue Giant Terrago Disc Upgraded

Sharing upgrade si Biru Terrago Disc, sebagai MTB pertama idenya adalah untuk membuat sepeda yang cukup ringan tidak terlalu wah, dan sanggup enak diajak nanjak. Urutannya memang tidak ideal karena sesuai dengan uang yang ditabung agar bisa upgrade. Karena idealnya tentunya dimulai dari yang paling berat yaitu Fork, namun karena nyicil urutannya sekenanya saja. Dari upgrade ini berat Terrago yang sport bike (bukan race) dari sekitar 15Kg, menjadi 11,8Kg.

Tampilan si Biru setelah diupgrade


Tahap 1: Area Cockpit
Karena diarahkan ke model racing dan untuk nanjak maka ingin lebih runduk dari aslinya. Untuk itu baik handle bar, stem diganti Kore Elite yang cukup ringan namun masih dibawah Carbon (yang relatif lebih sulit untuk pasang sendiri tanpa torque wrench, takut pecah karena terlalu keras).  Stem di pilih yang cukup flat warna putih dan ringan beratnya. Sedangkan handle bar dipilih flat handle bar dari Kore Elite series. Selain ganti handle bar agar lebih genjreng, grip diganti Pro Saf warna putih, dengan harga yang lebih bersahabat dari merek2 terkenal lainnya. Agar waktu hammering ada pegangan ditambahkan end-bar dari Uno warna putih senada grip, harga murah tapi agak berat. Mungkin kalau mau lebih ringan harus pakai end-bar merek "lite-bar" pernah lihat di "Sepeda Kita" serpong namun harganya bujubune... 7xx rb buat end bar. Emang enteng banget sih. Oh ya agar lebih runduk satu spacer di stem diangkat sehingga lebih pendek lagi. Total turun sekitar 1.5 inci kali. Semua dipasang sendiri, kecuali waktu ganti fork karena ganti jangkar akhirnya dipasang ulang oleh bengkel (agak kurang presisi karena terburu-buru).

Terlihat cockpit sudah sesak dengan berbagai asesoris


Tahap 2: Drive Train
Yang digarap pertama kali adalah upgrade drive train, beli XT set di Oki - Sanajaya Cibinong. Berupa: 1. RD XT Shadow, Top normal, XT Sprocket 9-speed, Shifter XT dan rantai HG-93. Setelah dapat barangnya lalu langsung dibongkar pasang sendiri di rumah daripada nunggu dipasangin lagian biar asyik upgradenya. Lumayan menghabiskan waktu hampir 4 jam nonstop bongkar pasang Shifter, RD dan Sprocket. FD dan Chainwheel? karena FD nya tidak ada stock maka Deore set dibiarkan dulu, dan Chainwheel karena harganya lumayan ya tertunda sampai ada budget tambahan. Waktu ganti shifter, semua selongsong depan kabel (outer cable house) diganti dengan merek Jagwire berikut dengan karet pelindung cat nya. Lumayan pasang sendiri (beli meteran) tadinya takut salah tapi sambil lihat contoh di Trance X, akhirnya berhasil juga. Jangan lupa diberikan pelumas di kabelnya agar tidak seret.



Tahap 3: FD dan Chainwheel
Ternyata setelah cari kesana-kemari chainwheel atau cranck set XT stocknya kosong, akhirnya dapat di sepedaku.com JBC bike sebuah toko yang ternyata ada di Malang. Pertama ragu2 apa pesan jangan ya? karena jauh juga, bagaimana kalau tidak benar? setelah cari referensi ternyata ada tokonya. Dan setelah di tanya harganya lumayan murah lagi beda 20% an langsung pesan dan barang tiba sekitar 3-4 hari kemudian. Mungkin barang lama tahun sebelumnya. Tapi karena tidak terlalu berbeda ok juga. FD akhirnya dapet di Oki Sanajaya copotan dari salah satu Giant nya, karena dipasaran sepertinya sedang seret juga. Untuk Crank set harus dipasang di tempat minta bantuan di Oki Sanajaya karena tidak punya pembuka hub bracketnya yang sudah hollow tech (sudah cari tools nya tidak ada yang jual).


Untuk FD pasang sendiri dirumah.


Tahap 4: Fork Shock
Tahap berikutnya, sebenarnya tahap yang harusnya duluan di upgrade yaitu fork shock yang memiliki kontribusi paling banyak dari segi berat. Fork Shock asli Suntour XCR yang coil akhirnya di lego di bukalapak dan langsung laku dalam satu hari saja. Gantinya, ingin punya fork shock dengan udara bukan coil. Pikir2 diganti Suntour Epicon yang murah atau RockShox Recon Race yang lebih mahal. Pada waktu main ke tempat Oki Sanajaya, sebenarnya tidak lagi cari fork, namun tiba ada barang pajangan baru (gress saat itu baru dipajang). Ternyata Manitou R7 versi 2010. Setelah di check beratnya sekitar 1560 gram, sudah pakai remote lock out lagi dengan nama Milo. Harganya pun diantara Epicon dan Recon Race disc. Yang ini warnanya pas putih dan disc only. Langsung disambar saat itu, sampai Pak Oki bilang yaah.... baru mau dipajang. Setelah lihat review (setelah beli) ternyata pilihan tidak salah, Manitou R7 2010 merupakan perbaikan versi sebelumnya dan tetap teringan di kelasnya. Air shock juga menjadikan front handling lebih empuk.
versi QR, R Seven 2010, anodized, RLO, DO, rebound adjuster (tombol biru dibawah)
Remote Lock Out (MILO)

Tahap 5: Wheelset
Sebenarnya dilakukan secara bertahap yang pertama kali sebenarnya sudah beli ban dan ban dalam dulu sebelum Rim nya diganti. Tapi karena terlalu panjang nanti, maka dibahas sekaligus. 
Bagian terakhir penyumbang berat yang cukup signifikan sebenarnya adalah wheel set. Pikir2 wheel set apa yang cocok ya, dan cukup ringan, kalau mau pakai Mavic seri atas atau Fulcrum sudah pasti tidak kebeli. Tapi kalau pakai yang biasa ngapain di upgrade. Akhirnya pilihan jatuh ke AlexRim XCR 100D yang beratnya cukup ringan skt 400gr per satuan. Sebenarnya ada versi barunya untuk racing yang lebih ringan skt 350gr namun sptnya belum ada barang. Pilih warna putih mengenang si Putih Kuwahara, untuk hub cari Novatec namun sayang tidak ada barang malah di tawari Novatec Best yang ternyata lebih ringan hanya saja warna hitam. Lumayan setelah dipasang meski pakai spoke steel biasa (karena beratnya beda dikit aja sama yang mahalan kalau mau lebih ringan harus pakai DTSwiss mungkin cuman udah jeti-an ampun deh). Memang tidak ditimbang namun dibandingkan yang lama lumayan mungkin berkurang sektiar 200gr an ada kali, moga2 lebih. Kali ini tidak bisa pasang sendiri karena belum berani setel spoke sendiri takut peyang. Pemasangan diserahkan ke bengkel Oki Sanajaya, terima beres.
Untuk ban, Kenda aslinya yang komodo sepertinya diganti dengan Maxxim MaxxLite yang beratnya sangat ringan hanya 310gr saja, ditambah ban dalam. memang bentuknya yang tipis kurang garang tapi malah menambah tampang racing nya saja. (profil slim 1.95, kembang kecil buat hard pack namun sepertinya cukup ramah di jalan raya).

Maxx Lite 310 dan AlexRim XCR 100d
Front Hub dan Free Hub Novatec Best

Tahap 6: Seat post dan Saddle
Sebenarnya ini bukan upgrade karena cuman tukar seat postnya dari Trance X yang sudah dipasangi gravity dropper. Seat post Race Face Deus XC yang terkenal sangat ringan sesuai tujuannya untuk dipasang di si Biru yang sudah menjelma menjadi sangan pembalap. Untuk saddle nya tadinya disandingkan juga dengan WTB Devo SLT yang Sudah Carbon dan Ti namun karena sayang, dan juga warnanya hitam akhirnya si Velo putih yang tidak terpakai sejak si Kuwahara di pulangkan. Dipasang agar warnanya pas. Memang beratnya masih kalah jauh dengan si Devo, namun secara warna lumayan cocok. Lagian dipakai harian cepat aus joknya jadi tidak apalah.

Saddle Velo Putih dan Race Face Deus XC Seat post


Lain-Lain
Karena sering dipakai gowes subuh sebelum berangkat kerja buat sekedar latihan maka si Biru dilengkapi dengan lampu LED depan dan belakang (merah kedip2 dan static 3 mode). Lampu LED depannya sih tidak terang banget cuman membantu jaga2 saja agar kalau ada kendaraan berlawanan tetap melihat datangnya si Biru. Tentunya tidak lupa BB holder buatan sendiri yang dipasang di Si Biru dan Si Silver Trance X sehingga bisa ditukar tempat bila perlu. Sampil menjalankan GPSed atau NavFunPro.

Hasil Akhir
Setelah ditimbang hasil akhir sekitar 11.8Kg mungkin kalau end bar, saddle ke devo lagi, dan ganti pedal ke yang ringan (ada exhustar clipless nganggur atau ke egg beater crankbrother 2010  yang sudah lebih kuat)  bisa lebih ringan lagi. Berikutnya masih ada ruang untuk upgrade yaitu disc brake ke disc brake set XT agar satu set. Memang upgrade bertahap ini lebih mahal dibanding beli group set, namun karena memang mampunya nyicil yah apa boleh buat. Upgrade akhir bisa juga frame nya... yang ini kapan2 deh... bisa ngak makan siang nanti. Tapi kebayang frame Giant Anthem dengan RP23 rear shock. Memang tiada habisnya upgrade...

Note:
Selain sepedahan yang memberikan kepuasan jasmani dengan meningkatnya kesehatan, hobby upgrade asal sesuai kantong lumayan menyenangkan apalagi sebagian besar dilakukan sendiri alias ngoprek. Selain bisa repair sendiri kalau ada masalah tapi juga keluar keringat dan belajar sedikit teknik pertukangan. Cukup mengasyikan.

Sunday, June 6, 2010

General Topics: Istilah-istilah per-Sepedah-an

Kumpulan istilah sepedahan di dalam negeri hasil cari tahu ki-ka, internet dsb. Dulunya bingung pada ngomong apa sih... lama2 lumayan jadi lebih tahu

  • Uphill: alias gowes nanjak
  • Downhill: alias gowes turun
  • Offroad: jalur gowes yang bukan jalan aspal
  • Onroad: jalur gowes di aspal 
  • Mcadam: Sebenarnya nama Mc Adam penemu struktur jalan berbatu2 jaman dulu, terkenal sampai sekarang seringkali disebut makadam
  • Hammer: bukan merek baju melainkan gowes sambil berdiri pada saat nanjak atau menambah kecepatan, tenaga lebih besar tapi lebih cape lah.
  • AM: Alias All Mountain jenis sepeda MTB, track atau gowesan yang melibatkan naik turun gunung dan cukup ekstreem
  • XC: Cross Country jenis sepeda MTB, track atau gowesan yang lebih ringan dibandingan all mountain misalnya masuk keluar kampung jalan off road, tanjakan turunan tapi tidak ada drop off alias turunan terjal sehingga melompat)
  • DH: nama lain Downhill, merupakan jenis sepeda MTB, track atau gowesan yang melibatkan gowesan turun cukup ekstrem dengan kecepatan tinggi bisa lebih dari 50km/jam melalui jalur off road, drop off ekstrem maupun ringan dsb.
  • Technical: seringkali digunakan untuk menunjukkan jalur gowes, track yang sifatnya cukup sulit, seperti memiliki tanjakan cukup ekstrem, rute huruf S dengan belokan tajam, biasanya digunakan pada jalur-jalur kompetisi atau pertandingan sepeda MTB XC, AM, DH dsb.
  • Roller Coaster: Rute yang berbentuk turunan cepat diikuti dengan tanjakan yang lumayan tergantung bentuknya namun, umumnya turunan-tanjakan seperti ini cukup membantu saat menanjak asal pada saat turun kecepatan cukup dan posisi gear pada posisi yang sudah di set tepat. Umumnya kalau turunannya panjang bisa pakai gigi rendah agar bisa ngebut pas dibawah atau naik tidak perlu gowes, sambil pindah gigi ke mid-mendekati top tergantung kemiringan tanjakan lalu lanjut gowes (sekitar pertengahan ke atas, lumayan simpan tenaga dan menambah kecepatan)
  • Slope: kemiringan tanjakan/turunan, tanjakan ekstrem sudah diatas 30 derajat, ada yang mendekati 60 biasanya udah TTB kalau ngak kuat Hammer nya
  • Drop Off: Turunan terjal dimana Sepeda harus melompat turun bukan hanya meluncur turun. Drop off ringan tentunya dibawah 0.5 meter, diatas itu kalau sepeda XC dipaksa drop off dengan cara yang salah frame bisa patah.
  • TTB: TunTun Bike alias tidak kuat nanjak atau gowes lalu di tuntun lah si sepeda, jangan malu daripada celaka, atau tepar.
  • Singletrack: Jalur tunggal di offroad biasanya buat jalan orang (trecking) atau jalan-jalan di kampung yang cuman bisa lewat motor.
  • Doubletrack: alias jalur offroad yang biasa dilewati mobil offroad lah, tapi masih kategori offroad
  • GPS: alias global positioning system alat pemandu bantuuan satelit untuk menghitung titik lokasi, menunjukkan arah, rute, dan lainnya, sehingga tidak mudah tersasar.
  • Cyclo Comp: alat kecil dipasang disepeda bisa mencatat kecepatan maksimum, rata-rata, jarak tempuh, odometer, timer dsb. Merek terkenal Velo, Sigma dsb.
  • MTB: mountain bike alias sepeda gunung umum dipakai offroad meski disini kebanyakan di pake onroad lagian jalan di kota aja masih seperti offroad alias rusak. Salah satu ciri khas, ban ukuran 26 inch (di luar sih ada 27.5 s/d 29 inch), stang lurus maupun agak keatas.
  • Roadbike: sepeda jalan raya umumnya sepeda balap, ciri khas ukuran ban 700mm /70cm dan tipis, stang sepeda menekuk kebawah, sepedahan sudah merunduk, berat di otot punggung untuk orang berumur
  • Cross training: sepeda MTB dengan ban roadbike buat latihan di jalan raya
  • Seli: Sepeda lipet, umumnya dengan ukuran roda 16 inch dan 20 inch, ada juga seli full mtb ukuran 26 inch dari Dahon, atau Mountain Swiss Bike dsb.
  • Carboloading: alias meningkatkan kandungan karbohidrat sebelum perjalanan cukup berat agar tenaga mencukupi biasanya dengan makan lebih banyak karbohidrat minimal sehari sebelumnya. Tubuh hanya bisa menyimpan karbohidrat untuk sekitar 90mnt, lebih dari itu perlu asupan tambahan baik selama perjalanan maupun istirahat dulu, efek kehabisan bahan bakar ya terasa cape selain haus.
  • Dehidrasi: kekurangan cairan tubuh akibat keringat keluar berlebihan tapi tidak tergantikan, memang lebih baik menggunakan cairan isotonik apabila keringatan nya banyak karena lebih cepat menggantikan cairan tubuh. Umumnya sekitar 15-20 menit sekali dibiasakan minum karena bisa saja lupa atau karena terkena udara dingin, angin dsb tidak terasa haus padahal keringat langsung menguap meski keringatnya banyak. Efeknya lemas, melayang, smp dengan pingsan.
  • Cardio exercise: alias latihan otot2 jantung, sepedahan adalah salah satunya yang cukup ringan dibandingkan lari, kalau jalan santai memang lebih mudah. Namun demikian hati2 jangan dipaksa terutama waktu nanjak apalagi nanjak di offroad relatif lebih berat dan memaksa jantung bekerja ekstra. Jika tidak tahu diri bisa fatal.
  • CFD: alias car free day, yang sekarang lagi ngetrend di beberapa kota besar biasanya hari Minggu, di Jakarta hanya setiap minggu terakhir setiap bulan, di Bogor setiap hari Minggu, di Bandung baru mulai. dsb.
  • RD: Rear Derailleur alias piranti pemindah gear belakang 
  • FD: Front Derailleur alias piranti pemindah gear depan
  • Crank set: Ini nama keren nya gowes-an alias alat untuk menggowes sepeda (biasa terdiri dari gigi depan, dan tuas nya (diluar pedal tempat injakkan gowes)
  • Chainwheel: Ini set gigi depan yang ukurannya besar biasanya terdiri dari 3 set untuk MTB XC dan 2 set untuk MTB downhill/AM
To be continued

Saturday, June 5, 2010

Sepedahan Sendiri: Cimahpar - Gadog - Katulampa

Pagi ini gowes sendiri lagi, tadinya hanya sekedar mau bakar kalori seputaran rumah, tapi dijalan pikir2 kurang jauh nih, jadi lanjut ke Cimahpar, lalu setelah melewati jalan Tol biasanya ke kiri ke Sentul kali ini ambil jalan ke kanan ke arah jalur Family Light XC kemarin ketemu di belakang perumahan Bogor Lakeside lanjut ke atas menelusuri jalan yang dilalui waktu Family Light XC. Sampai di area pintu tol Ciawi, ada persimpangan jalan ke kiri langsung ke arah Gadog sedangkan ke kanan kembali ke arah Tajur.
Tapi ternyata dibawah jalan tol ada jembatan kecil menyeberangi sungai Ciliwung dan dari situ masuk ke Rest Area Ciawi, di rest Area Ciawi lanjut menelusuri jalan disamping/sisi jalan Tol sampai ujung dimana jalan buntu (tempat persimpangan jalan tol ke arah Ciawi - Gadog). Disitu belok kiri masuk kejalan macadam ke dan tetap lanjut menelusuri sisi jalan Tol arah Gadog. 
Di pertengahan jalan Tol arah Gadog ada jalan ke kiri (sempat bablas lurus dan ternyata masuk kolong jalan tol yang berarti bukan ke arah gadog, putar balik dan ambil jalan ke kiri yang terlewati, atau ke kanan karena sudah terlewati, lihat peta). Dari situ jalan menanjak tidak ekstrem disisi kanan ada aliran saluran air yang cukup deras memberikan kesegaran udara.
Jalan ini, tetap masih jalan aspal melewati perkampungan penduduk namun cukup bersih udaranya. Sepertinya ini jalur potong (short cut) kalau di area jalan tol arah Gadog macet bisa jadi alternatif.
Sampai di ujung jalan harus menanjak 45 derajat sekitar 100m ke jalan utama Jalan Raya Puncak. Ke arah kiri (atau ke arah Puncak) tidak jauh ketemu Jembatan Gadog (menyeberangi sungai Ciliwung) lalu belok kiri masuk ke jalan arah Rainbow Hill.
Setelah ketemu pertigaan (kanan ke Rainbow Hill, yang pasti menanjak parah) yang ke kiri menyusuri jalan macadam dan semi offroad (karena hujan lebat malamnya lumpur semua) kembali ke arah pertigaan di area pintu tol. Jalan dari Gadog ke pertigaan area pintu toll ini jalannya cukup parah selain diselingi tanjakan dan turunan yang cukup curum terutama bagi newbie, jalan penuh dengan lumpur yang licin, tanah liat.
Setelah kembali ke pertigaan area pintu tol Ciawi, kali ini tidak kembali menyusuri jalan datang namun mengambil arah ke Katulampa/ Tajur, ternyata jalur ini sepi bukan jalan raya seperti dugaan sebelumnya (maklum belum pernah lewat sini). Jalan disamping sungan Ciliwung yang sedang tinggi persis di sisi kiri, cukup mengasyikan, sampai akhirnya ketemu Bendungan/Pintu Air Katulampa yang terkenal menentukan banjir atau tidaknya kota Jakarta oleh sungai Ciliwung, ternyata pintu airnya cukup besar. 
Setelah menyeberangi diatas pintu air, ambil jalan ke kanan ke arah Tajur, disini kembali jalan disisi sungai Ciliwung yang ada disisi kanan. 
ketemu pertigaan kalau ambil arah kanan kembali ke jalan datang (ketemu di belakang perumahan Bogor Lakeside atau ke Cimahpar). Kali ini ambil jalur ke kiri bersama dengan jalur angkot ke arah perumahan Pajajaran dan ketemu perempatan pintu masuk perumahan Villa Duta, Masuk ke Perumahan Villa Duta tembus ke jalan ujung Ring Road Bogor Timur.
Jalan dari Pertigaan pintu tol Ciawi sampai ke Ring Road Bogor Timur dan sebenarnya sampai rumah relatif turun terus, jadi gowes ringan pun cukup. 
Berangkat jam 6:14 sampai rumah tidak sampai jam 9. Lumayan gowesnya 30km an dan dapat udara cukup segar.
Lain kali bisa dimulai di Bellanova off road lalu lanjut dengan jalur yang sama. Selingan lain tentunya bisa memutar ke Rainbow Hill untuk latihan tanjakan ... So many option to explore...

Peta gowes lengkap bisa dilihat di: http://gpsed.com/track/3594969682190176464
berikut foto2 yang di geotag

Jembatan kecil dibawah tol Ciawi
Masuk Rest Area Ciawi
Jalan disamping tol arah Gadog-Ciawi

Saluran air deras di jalan aspal ke arah Gadog cukup sepi

Jalur macadam + berlumpur sudah kategori offroad juga lah dan tanjakannya lumayan berat juga sampai perlu hammering (alias gowes berdiri)

Jalan disamping sungai Ciliwung yang cukup tinggi akibat hujan deras malam harinya, jalan nya kecil disisi sungai sampai ketemu pintu air katulampa

Pintu air Katulampa yang terkenal mengendalikan banjir di Jakarta

Jalan ke arah tajur menyusuri samping sungai ciliwung (kali ini sungai disisi kanan)