Friday, September 17, 2010

Sepedahan Sendirian: KM NOL - Sengsara membawa nikmat

Setelah batal gowes ke Lido, karena Kang Petrus baru balik dari Touring Bogor - Ujung Genteng dan peserta yang bisa ikut sedikit, akhirnya hari 3 hari terakhir libur Rabu-Jum'at (15-17 Sept), dihabiskan untuk gowes yang dekat saja. Hari Rabu gowes bareng Bro Aloy ke Tajur Halang (see other article), Kamis ngoprek si Giant Cherry Red dan pas Jum'at rencana gowes sendirian untuk mengunjungi KM Nol yang sudah sejak lama di canangkan.
Malamnya buat dulu track dengan program GPS TrackMaker dan Google Map lalu download ke si MinMin alias Garmin Vista Etrex. Jum'at pagi beres2 rumah karena terkena flu "babu" alias jadi upik abu, antar istri ke kantor, dan baru jam 8:00 pagi mulai siap2. Akhirnya jam 8:30 siap berangkat kali ini pakai si Biru Anthem karena sudah paham mau nanjak, dan bawaan minim semua dimasukkan ke dalam saddle bag, dan satu botol minum ditaruh di kantung belakang jersey, berikut dompet, kamera, BB dan tidak lupa si Ipod di lengan.
Jreng langsung berangkat, ternyata matahari sudah mulai terik, padahal baru saja keluar rumah. Sudah kepalang tanggung langsung di gowes. Sambil mendengarkan Symphony dari Beethoven yang membuat perasaan tenang, dan gowesan tidak tersasa.
Track dipilih naik dari Cimahpar, Cijayanti, lalu turun ke arah Sentul. Waktu itu pernah sekali nanjak di Cijayanti hanya sampai di Rainbow Hill karena harus kembali ke rumah sebelum jam 9, itu berangkat pagi jam 6.
Karena kali berangkat agak siang, teriknya matahari membuat proses menanjak cukup menyiksa, keringatan habis ngucur dan harus minum secara rutin agar tidak kram dan sempoyongan. Tanjakan yang sebelumnya hanya perlu 2 kali berhenti kali ini 3 kali istirahat. Tanpa malu karena sudah merasa detak jantung kelewat keras. Mungkin pengaruh lagu juga kali ini nanjak diiringi oleh iringan biola cepat Vanessa.
Perhentian pertama setelah gowes dari rumah adalah sebelum tanjakan Rainbow Hill, sambil foto2 dulu.

Tanjakan Rainbow Hill di sebelah kiri, dan arah datang dari kanan, serta pertigaan ke gn geulis?

Tanda peringatan tanjakan

Perhentian kedua adalah dipertengahan tanjakan tadinya mau dilaju terus tapi otot paha berteriak-teriak dan jantung juga agak sedikit over dan minta berhenti, 

Arah nanjak ke kiri


Perhentian ketiga adalah di warung depan Rainbow Hill dan istirahat menurunkan detak jantung yang sudah over dan paha terasa terbakar. Istirahat cukup lama sambil minum.


Si Ibu yang menunggu jemputan suaminya

Anak2 sedang santai di dipan depan Rainbow Hill dengan pemandangan ke arah Bogor, Tajur, dan Ciawi

Setelah perhentian ini, gowesan jadi ringan dan terasa mantap aneh... Ternyata waktu nanjak tadi tetap bertahan di chainring tengah serta sprocket di ketiga sebelum yang terbesar. Tentu saja lebih berat. Setelah warung dicoba di chainring kecil dan sprocket ditengah sekitar ke-5. Disini gowesan diatur dengan napas sehingga terasa santai, baru ketemu ritme-nya, dari tadi yah... Salah sendiri bertahan di chainring tengah, sampai otot paha terbakar. Nanjak kali ini diiringi musik Easy Jazz, bersama Bill Wither dengan ain't  no sunshine, dan teman2 nya  (sebuah kontradiksi karena panasnya minta ampun).

Tanjakan setelah Rainbow hill terus dilahap tanpa berhenti dan grinding the hill... istilah sononya, sambil menikmati pemandangan dan sempat berhenti bukan karena lelahh tapi karena pemandangan ke arah Bogor yang asyik dan tidak bisa dilewatkan untuk di foto.

Pemandangan ke lapangan golf dari salah satu tanjakan  (Di spot ini sepertinya ada jalur single track ke kanan ke arah gadog - kata seorang petani yang lewat)

Pemandangan ke arah Bogor dari sebuah batu besar di tanjakan. Meski berhenti bukan karena kecapaian tapi lumayan untuk break minum dan recharge otot paha (bukan betis yang terbakar).
Sudut lainnya dengan zoom
Tanjakan ke arah KM Nol masih menanti (menanjak terus tanpa jeda)

Dari batu besar ini jalan menanjak terus, namun karena sudah menemukan ritme yang pas, tidak terasa berat lagi, yang terasa hanya teriknya matahari serasa membakar kulit tangan yang tidak pakai lengan panjang atau pelindung apapun. Sudah kepikir bakar terbakar habis (benar saja pulangnya dapat hadiah tangan dan paha yang gosong berat). Kali ini nanjak ditemani oleh lagunya John Denver, Take me home, Sunshine on my shoulder, dan Annie's song... pas banget buat cross country ringan dengan lagu folk song... mantap, gowesan makin terasa bersemangat dan dengan pemandangan yang cantik ke arah Bogor, Perbukitan dan semilir angin yang segar sekali2 memberikan semangat (kalau tidak panas terus dan keringat sudah mengucur, kali ini bukan karena gowesan nanjak tapi benar2 karena teriknya matahari, kebayang deh). Akhirnya sampai di pertigaan yang merupakan puncak dari tanjakan sempat ke arah kanan, weeits... lihat ke GPS kok malah menjauh dari track, akhirnya putar balik

Warung dipertigaan KM Nol?

Pemandangan asri ke arah perbukitan ke arah pandang di seberang warung... apakah ada single track disana?

Sebuah Villa diatas bukit sendirian punya siapa ya? Asyik juga

Setelah kembali ke jalur yang benar, akhirnya derita nanjak dibayar tuntas dengan turunan ke arah Sentul, si Biru Anthem langsung diajak ngebut... dan sekali2 tekan rem agar tidak bablas... Ditemani si Lady Gaga dengan beat nya ngebut turun menambah si adrenalin...

Jalur turun, dengan pemandangan jurang dan Bogor dikejauhan... mantap, jalan sedang di aspal

Turunan terus masih mulus

Narsis dulu - Specialized - Giant :) :) :) ber kolaborasi

Tidak lama jalanan mulus berubah jadi mcadam, namun tetap semangat ngebut untuk turun tidak berkurang, Si Biru meski fulsus berusaha keras mengikuti jalan mcadam. Alas... lupa ini bukan si Silver Trance dengan travel lebih besar, dan ban yang besar juga... tidak lama langsung ban belakang terasa kasar... yaaah... akhirnya kena juga snake bite... alias ban dalam kejepit rim...

Pas diingat2 pertama ban belakang pakai Maxxim Maxilite yang 26x1.95 profil kecil dan juga sepertinya tadi kurang tekanan angin waktu berangkat dan sudah tidak mikir lagi karena fokus nanjak dan serius turunan tadi.

Ngebengkel dulu di pinggir jalan, sialnya karena tidak bawa ransel, maka si ban dalam cadangan tidak dibawah untungnya peralatan lengkap baik multi tool, bukaan rantai, pompa tangan dan 1 set penambal ban berikut pengungkitnya. Tengok kiri kanan cari air buat periksa bocor, akhirnya ketemu si ujang baru pulang belanja dan ketemu sumur di seberang jalan, nimba air sebentar, pompa sebentar langsung ketahuan bocor yang cukup besar dan dua lubang lagi. 

Langsung lubang ditambal dua2 nya dibawah terik matahari karena tidak ada tempat berteduh disekitarnya (sekalian biar cepat kering tambalannya).
Peralatan menambal

Hasil tambalan

Setelah ditunggu sebentar langsung dipasang ke dalam ban dan di pompa... tapi ada yang aneh sedikit karena ban terasa tidak mau keras... ada yang rusak-kah?. Karena tidak ada pilihan maka dipaksa dipompa dan meski tekanan tidak maksimal akhirnya lanjut gowes pulang, dan untungnya sentul sudah tidak jauh hanya sekitar 200 meter lagi.

Masalahnya mulai timbul karena ban terasa tidak stabil, dan ternyata tekanan udara sudah turun lagi, alias ban kempes, pompa lagi, dan sialnya setiap 200-300 meter ban harus di pompa kembali... Sudah pasti tambalan tidak sempurna karena mungkin tadi terburu2 atau lem kurang sempurna.

Sampai di Area Ruko Sentul City kembali ban di pompa  sampai 3 kali... dan akhirnya nyerah, inget sepertinya ada si Burung biru (alias Blue bird) di sekitar Bellanova, dan setelah sepeda di peretelin dan dimasukkan ke dalam bagasi dan frame ke jok belakang. Kali ini pulang ke rumah naik taksi ... yah dari pada sengsara mompa terus sepanjang jalan belum lagi rim bisa rusak lama2, akhirnya menikmati perjalanan naik taksi ber AC lumayan, selain nikmat turun ya... nikmatin AC nya taksi... 
Learning:
- Kalau turun mcadam siapkan gear yang sesuai (jangan pakai ban XC apalagi tidak dipompa sempurna)
- Next time gowes sendirian tetap bawa gear lengkap karena tidak tahu apa yang akan terjadi (ketinggalan si ban dalam cadangan belum lagi peralatan P3K tidak bawa). Kalau cuman hujan sih ok lah paling gowes basah pulang.
- Si Ipod ternyata lumayan menemani perjalanan sendirian dan memberikan nuansa sendiri dan semangat gowes yang berbeda.
- Jangan sok pakai chainring besar kalau memang otot tidak mendukung dan toh bukan Julien Absalon... Temukan pasangan chainring-sprocket yang sesuai dengan kemampuan masing2
- Nikmati perjalanan dan jangan lupa foto Narsis buat kenang2an belum tentu balik ke tempat yang sama dalam waktu dekat... atau??? sepertinya jalur nya memanggil kembali untuk di daki dan ditaklukkan lagi....

Sengsara membawa nikmat....

Peta Jalur Berangkat lewat Cijayanti

Peta Jalur Pulang lewat Sentul

Altitude Profile


Jalur GPS di GPSed.com






Wednesday, September 15, 2010

Sepedahan Bersama: Tajur Halang

Liburan lebaran, tinggal 3 hari lagi. Hari rabu sambil nunggu apakah Kang Petrus jadi ke Lido Punggung Naga, akhirnya gowes dulu ke Tajur Halang diajak Bro Aloy, dan temannya Ais (Harris). Gowes berangkat dari rumah sendirian karena Bro Aloy langsung bawa mobil ke BNR

Setelah menunggu Ais akhirnya datang juga, waktu sudah sekitar 8:30 kalau tidak salah, dan langsung tancap gowes nanjak ke Tajur halang. Ternyata track on-road bukan off road. Padahal sudah bawa si Silver Trance X0, dan tas ransal penuh dengan perlengkapan buat off road.

Jalur Tajur Halang ini ternyata cukup menantang karena tanjakannya lumayan curam, dan tidak ada selingan datar/turun. Setelah gowes akhirnya sampai juga di Patung Kuda Tajur Halang dan istirahat di warung.

Waktu Gowes Nanjak

Sampai Di Patung Kuda (Ais dan Bro Aloy)

Foto diri

Jejeran Sepeda didepan Warung, Pak Haji dan Ibu yang ramah menyuguhkan kue lebaran.

Altitude Profile

Peta Jalur ke Tajur Halang

Perlu GPS file: GPX ada di GPSed.com
http://www.gpsed.com/track/3594969683506612913


Wednesday, September 8, 2010

Bike Equipment: Half Glove XZone - Rodalink

Half glove yang ini harganya cukup bersahabat ada warna merah, biru dan abu2 kalau tidak salah, waktu itu beli di Rodalink. Dengan harga yang relatif murah sudah ada gel dan ukuran pas ditangan, alias ngeplak tidak longgar untuk ukuran XL sama dengan yang lain. Warna biru nya juga menarik kombinasi putih dan agak hijau dibagian telapak ibu jari. Ada simbol dengan karet warna putih menambah aksen yang menarik. Dibagian jari ada semacam plastik tebal agar bagian ujung jari tidak mudah rusak.


Meski dari segi design cukup menarik dan berkesan mahal, namun ternyata setelah dipakai beberapa bulan dan di cuci timbul masalah. Terutama waktu dicuci ternyata warna birunya luntur, dan hampir melunturi beberapa baju dan glove lain warna putih. Rupanya pemilihan bahan warna biru tidak tepat atau kualitasnya dibawah standard. Ini foto setelah pemakaian beberapa bulan dan warna biru yang sudah jadi abu2.


Warna hijau terlihat juga sudah memudar dan warna biru tersisa hanya di bagian ujung jari saja. Meski fungsional namun estetika serta keandalan jangka panjang nilainya buruk. Not Recommended.

Sunday, September 5, 2010

Bike Equipment: Cherry Red - Anniversary Edition

Hadiah buat my beloved for Wedding Anniversary... ya sepeda lagi... moga2 ngak bosan.

Project kali ini memang pengin banget lihat frame putih di pimp up, waktu itu Kuwahara di pimp up dengan hitam dan putih. Untuk yang ini warna merah sesuai dengan tema anniversary, cocok. Hunting component sudah cukup lama dengan mengumpulkan berbagai komponen warna merah terutama warna merah anodized dipadukan dengan frame putih akan terlihat kontrasnya.
Secara overall project harus dengan budget yang lebih terjangkau dan bukan boutique bike project yang tentunya pilihan2 komponen lebih beragam.
Thema juga pimped up MTB (dan bukan Fixie atau single speeder, karena sudah umum) dan lagian kalau sepedahan di Indo, sepertinya lebih cocok MTB dengan jalan yang rusak dimana2.

Frame:
Setelah hunting frame terutama ukuran kecil XS (14 inch kebawah) biar cocok untuk ladies, akhirnya jatuh ke Giant ATX 7 putih XS. Frame putih lainnya ukuran kecil cukup langka sehingga tidak dipilih. (Sesuai dengan budget maka frame dipilih frame yang relatif terjangkau) bila budget tidak terbatas tentunya frame2 boutique bike seperti Ibis (putih), Tomac putih, Merida sepertiny ada juga, dsb sangat menggoda.
Fork:
Karena menggunakan komponen cukup berat (rims, dan roda belakang), maka dialihkan ke air sus, yang lebih terjangkau, agar lebih nyaman. Tadinya ingin warna putih juga tapi di level ini warna putih murni jarang kebanyakan warna putih mutiara. Untuk putih yang sesuai frame ada di level medium (seperti Manitou dsb, tentunya diluar budget).
Component:
Dipilih Deore 2009 dengan crankset dan brake set dipilih yang lebih murah agar terjangkau, sprocket dapat yang SRAM 9 speed. Overall sudah memadai.
Pimped Up Parts
Masuk ke komponen-komponen Pimp-ed Up, maka dipilih warna all red-anodized di parts yang menarik mata, seperti handle bar (merek Pro), stem (merek Pro), Seat post (merek Pro), sedangkan spacer dapat merek Neco dengan warna ano-Red yang serupa. Komponen lain yang di pimped up adalah pedal dapat merek Exustar, sebenarnya merek Wellgo baru lumayan banyak warna2 dengan berbagai bentuk yang mirip dengan merek  Xpedo yang relatif lebih mahal. Satu lagi yang dipilih ano red adalah grip Token dengan ring fastener warna ano-red. (dua parts lagi yang masih belum ketemu, yaitu ano red water bottle hanger, dan seatpost clamp / sebelumnya sudah dapat tapi ukurannya kekecilan padahal mereknya sama Pro).
Bagian yang paling utama dan dominan yaitu Wheelset. Pilihan warna merah red-anodized cukup jarang dan paling tersedia tentunya Crank Brother Iodine dan seri lainnya, dengan harga yang sudah terlalu jauh dari budget. Setelah hunting akhirnya dapat Brave D-Lux series, sebenarnya frame lebar 32mm ini lebih cocok untuk Enduro, DirtJump atau Street Bike yang menuntut kekuatan rims, (dampaknya rims lumayan lebih berat dibandingkan untuk XC). Pilihan lain sebenarnya ada yaitu Azonic Outlaw series.
Tire:
Karena ini sepeda buat Fashion, pilihan ban dibuat nekat yaitu Maxxis Hookworm 26"x2.5 dibelakang ukuran besar tersebut hampir memenuhi chain dan seatstay. Selain untuk fashion ukuran 2.5 inch lebar akan memungkinkan tekanan ban rendah sehingga terasa lebih empuk dibandingkan ban kecil dengan tekanan lebih tinggi. Sekalian ngakalin karena ini hardtail untuk ladies jalan tetap relatif lebih nyaman. (Meski tidak bisa menggantikan fungsi rear shock). Untuk ban depan dipilih Maxxis Maxilite 310 agar terlihat kecil (dan lebarnya hampir sama dengan lebar luar rims). Sebenarnya mau coba Detonator hitam yang ukurannya 1.5 lebih kecil lagi dari Maxilite yang 1.95, belum ketemu, dan sepertinya agak maksa. Namun lebih ekstrim perbedaannya. (Pekerjaan Rumah buat coba2 nanti liburan).

Karena untuk ladies dipilih sadel Velo Plush Gel ventilated, karena memang empuk.

Perakitan:
Seluruh perakitan dilakukan sendiri kecuali, Pemasangan jari2 steel (tadinya DT swiss kemahalan ini sih) dan pemotongan fork agar sesuai tinggi yang diinginkan yang dilakukan di toko sepeda. Sisanya dirakit dirumah.

Proses:

  1. Perakitan lebih dulu ditujukan untuk memasang headset (yang sudah terintegrasi, merek Cane Creek VP - licensed Taiwan), karena sudah terintegrasi cukup mudah. Yang cukup sulit hanyalah pemasangan crown race yang perlu sedikit kreatifitas karena tidak punya alatnya (karena perlu menggunakan palu agar crown race masuk dengan ketat ke fork. Hati2 menangani fork Epicon yang mudah lecet catnya sebaiknya dibungkus. 
  2. Masih disekitar area ini, pemasangan jangkar ke bagian fork sekali lagi harus kreatif, ada ide baca di buku menggunakan stem yang tidak terpakai untuk guide, lalu menggunakan seatpost sepeda lama (batangnya yang relatif kecil ukurannya) untuk menekan jangkar masuk (pukul pakai palu). Berikan jarak sekitar 1-1.5 cm antara jangkar dan permukaan pipa fork/suspensi.
  3. Dilanjutkan dengan pemasangan spacer dan stem, serta handle bar yang relatif mudah.
  4. Bagian berikutnya dilanjutkan dengan pemasangan Bottom Bracket (BB) Shimano Octalink menggunakan tool khusus (cukup murah beli di toko sepeda lama). Jangan lupa berikan pelumas/gemuk agar mudah masuk dan tidak rusak (metal binding).
  5. Bagian berikutnya lari dulu ke bagian wheelset agar sepeda bisa berdiri sebelum komponen lainnya terpasang. Rims yang sudah dipasang dengan jari2 steel ke hub Novatec Best, siap dipasang ban dalam dan ban luar (berikan rim tape karena lubang2 di rims cukup tajam). 
  6. Ban dalam ukuran belakang khusus ukuran besar (biasa buat ban DH, DJ dsb, kali ini dapat buatan Kenda). Dipasangkan dengan ban luar Maxxis Hookworm. Setelah dipompa siap dipasang. Begitu pula ban depan dengan ban Maxxis Maxilite 310 dengan ban dalam ukuran normal. Keduanya menggunakan tipe pentil schraeder karena lubangnya besar di rims (tidak bisa presta).
  7. Setelah kedua ban siap. Ban belakang terlebih dahulu dipasangkan sprocket SRAM 9-speed, dan rotor disc brake ukuran 6 inch dari Shimano turut dipasang. Berikutnya rotor disc brake untuk ban depan.
  8. Setelah kedua ban siap lalu dipasang ke frame sehingga frame bisa berdiri dengan tegak dan pemasangan komponen lainnya lebih mudah. Sudah bisa dipasang di segitiga penyangga.
  9. Tahap berikutnya dilanjutkan dengan pemasangan crank octalink. 
  10. Dilanjutkan dengan pemasangan FD dan RD terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan shifter dan brake lever. Untuk sistem rem, langsung bisa dipasang ke frame untuk rem belakang, sedangkan rem depan perlu spacer karena fork Epicon memiliki dudukan yang berbeda (disamping hingga perlu spacer 6 inch).
  11. Shifter dipasang berikut kabel luar (selongsong kabel shifter) bagian depan, lalu kabel di routing dibawah top tube ditempat yang sudah disediakan dan diberikan selongsong pendek ke FD dan juga ke seatstay dan sekali lagi selongsong terakhir ke RD.
  12. Jangan lupa pengatur tegangan shifter di unit shifter dikendurkan dulu agar penyetelan lebih mudah. Bagian FD juga di set maksimum dan minimumnya (berikan jarak FD ke Chainring sekitar 3-5mm.
  13. RD juga di set maksimum dan minimumnya. Baru baik FD maupun RD kawatnya di kencangkan.
  14. Lakungan pengaturan FD dan RD (lihat bagian nge-bengkel di topik terpisah). Setelah kedua FD dan RD berfungsi dengan baik, umumnya diakhiri dengan penyetelan tegangan shifter, kabel dipotong menggunakan pemotong kabel baja, lalu diberikan kondom kabel shifter akar tidak mudah terurai.
  15. Pemasangan dilanjutkan dengan pemasangan pernak pernik seperti, grip (sebenarnya bisa dipasang berbarengan dengan shifter dan brake lever.
  16. Seatpost dengan sadelnya tidak lupa seatpost dipasangan shim atau seatpost converter dari 27.2 ke 30.9 karena seatpost nya ukuran 27.2.
  17. Pedal dipasang terakhir karena lebih banyak menggangu bila dipasang terlebih dahulu.
  18. Pemeriksaan terakhir berikut pemasangan anti gores di kabel rem/shifter (selongsong karet, atau sticker di frame agar frame tidak baret dan tetap terjaga mulus.
  19. Setelah selesai dilakukan pengetesan shifter waktu dibebani (alias di gowes) kalau masih kurang pas bisa diatur lagi ketegangan shiftingnya.
Setelah selesai baru di lakukan pemotretan untuk arsip dan tentunya show off karena memang ini Pimped MTB for fashion anyway :) 

Just another way of having fun in Bicycle Hobby. Anyone would like to order? Pimped your MTB...

Tampilan Cherry Red - Anniversary Edition
Pro Handlebar, stem dan Neco spacer - Ano-Red
Brave D-Lux 32 - Rims - cukup balanced dengan tire nya
Suntour Epicon glossy black lebih cocok dibanding warna putih
Pedal Ano Red Exustar
Seat post Pro 27.2 + Shims dan Sadel Velo Plush Gel
Velo Plush Gel, pas logonya merah juga
Spacer Neco, Stem Pro dan integrated headset CaneCreek
Grip Token dengan ring merah
Frame ATX 7 ukuran paling kecil XS (14 inch)
Hub Novatec Best
Brave Machine Rims
Maxxis Hookworm 26"x2.5" really looks big
Pose si Cherry Red - Anniversary Edition


Kalau ada ide dan mau pesan... feel free to contact...