Monday, January 10, 2011

General Topic: Trail Center Indonesia?

Apabila pernah/sering membaca majalah mountain bike luar negeri tentunya sudah sering mendengar Whistler park di Canada atau MOAB di US, melihat foto2 dan mendengar reviewnya sepertinya berada di surga penggemar mountain bike.

Tentunya ada keinginan bila di Indonesia ada bike park seperti itu, atau memang sudah ada tapi tidak ada yang mempromosikan?

Trail center sepertinya berada dikawasan hutan lindung dan bisa juga untuk trekking... di Indonesia dimanakah trail center yang hampir mirip dengan fitur2 seperti lokasi menarik, trek dengan jalur2 berbeda level kemampuan nya, pemandangan yang asyik, udara segar, dan fitur2 pendukung seperti tempat menginap, tempat makan, bengkel sepeda?, sepertinya pernah dengan di Jawa Timur? tapi tidak jelas dan belum pernah dibahas di majalah atau review website lainnya secara mendetil dan promosi yang cukup.

Semoga trail center atau tempat2 seperti Whistler park atau Moab di LN dapat berkembang di tanah air dan para goweser MTB dapat merasakkan sensasi yang lebih mantap...  Anybody listen or would like to create one of those park here... definitely get my vote...

Bengkel Sepeda: Upgrade Sepeda

Selain tentunya hobby gowes itu sendiri, hobby ngoprek sepeda merupakan hobby lain yang melengkapi, sama dengan hobby seperti mobil, motor dsb.Upgrade sepeda merupakan kesenangan tersendiri, baik untuk pimp up (dress up accessories) atau upgrade fungsional. Kalau di mobil upgrade mesin, ngoprek piggy back tune up dsb adalah upgrade fungsional agar lebih bertenaga, sedangkan dress up tentunya memasang kit, ganti velg, cat ulang, cutting sticker dsb.

A. Upgrade Fungsional
Di sepeda hampir sama, namun karena tidak ada nya mesin maka komponen utama upgrade fungsional adalah upgrade group set yang termasuk didalamnya crank, chainring, cassette, FD dan RD serta brake set. Upgrade fungsional di sepeda umumnya diarahkan agar komponen sepeda menjadi lebih ringan, fungsi lainnya yang cukup penting adalah kenyamanan yang fokusnya ditargetkan kepada suspensi dan sadle, dan juga dimensi sepeda di set menggunakan seatpost, stem dan handle bar. Urutan prioritas untuk upgrade fungsional sebenarnya bergantung dari tujuan, misalnya untuk balap tentunya upgrade dimensi, dan berat lebih ringan mungkin lebih utama, sedangkan kenyamanan diset agak lebih rendah karena yang penting bisa cepat (contohnya suspensi lebih keras dsb). Untuk goweser umum (weekend warrior) dan bukan racer upgrade umumnya ditujukan lebih pada kenyamanan. Sedangkan untuk bobot ringan selain umumnya relatif lebih mahal juga dampaknya lebih terasa untuk racer sedangkan pemakaian biasa tidak terlalu signifikan kecuali tentunya komponen ringan setara dengan prestige karena memang mahal dan bermerek.

1. Upgrade Dimensi
Upgrade dimensi ditujukan untuk menyesuaikan dimensi sepeda agar posisi lebih sesuai/pas (sebenarnya waktu beli harus disesuaikan) namun kadangkala bisa lebih diperbaiki misalnya stem terlalu pendek, handle bar bisa mencoba yang lebih lebar (trend terakhir) misalnya dari 25inch menjadi 26 atau bahkan sampai 27 inch untuk XC/AM. Seatpost juga bisa dipilih untuk set back (agak lebih ke belakang). Perlu hati2 karena akan mempengaruhi titik bobot goweser. Titik berat terbaik adalah tepat di tengah sepeda tidak terlalu kebelakang karena akan menylitkan waktu menanjak dan tidak terlalu kedepan karena akan membuat gowes turun gunung lebih riskan/gugup karena badan berat ke depan.
Sebenarnya bukan upgrade, namun salah cara untuk memperbaiki posisi duduk adalah dengan mengatur ulang posisi sadle yang kadangkala agak terlalu kedepan atau terlalu ke belakang (atau masih di set di tengah dan sebenarnya masih bisa di set ulang sesuai posisi tubuh). Sudut sadle agak naik di depan atau merunduk juga bisa diset agar lebih pas.
Posisi gowes yang baik tentunya adalah badan dan lengan membentuk sudut mendekati 90 derajat, terlalu kecil sudutnya berarti frame terlalu kecil, stem terlalu pendek dan seatpost/sadle terlalu pendek jaraknya, sedangkan terlalu renggang berarti frame terlalu besar, stem terlalu panjang, seatpost/sadle terlalu kebelakang

2. Upgrade Kenyamanan
Upgrade kenyamanan umumnya di fokuskan pada suspensi. Apabila waktu beli masih menggunakan suspensi pegas besi (bukan udara) biasanya upgrade suspensi udara sudah dapat memberikan kenyamanan yang berbeda karena lebih dapat di set baik sag (agar suspensi dapat lebih berfungsi menghadapi medan bergelombang), rebound dan damping compression juga bisa diatur (tergantung jenis suspensi udara nya). Bukan perarti suspensi per/pegas tidak baik namun umumnya per pegas yang bagus biasanya masih digunakkan untuk sepeda downhill karena memang dibutuhkan keandalan tinggi dan harganya juga jauh lebih mahal karena untuk berat lebih ringan biasanya menggunakan komponen suspensi eksostis seperti titanium dsb.
Untuk XC, Trail,AM biasanya suspensi udara lebih sesuai, karena kemampuan setting yang lebih luas dan lebar. Juga bobot yang relatif lebih ringan. Semakin mahal suspensi semakin banyak fitur yang disematkan dan juga bobotnya semakin ringan. Upgrade suspensi umumnya tidak harus yang bermerek meski saat ini top brand seperti Fox atau Rockshox, DT Swiss dan Marchochi tetap memberikan opsi2 dan kualitas terbaik, namun ada merek2 2nd tier seperti Suntour, X-Fusion, Manitou yang juga memberikan opsi yang bagus dengan harga lebih terjangkau.
Faktor faktor yang dipertimbangkan saat upgrade fork/rear suspension adalah:
I. Faktor travel suspensi
  • 80mm, 100mm, 120mm saat ini dikonsider masih kategori XC,
  • 120mm, 140mm, 150mm dikategorikan sebagai Trail/AM ringan,
  • 150mm, 160mm, 170mm sebagai AM serius, diatas itu masuk kategori Freeride/Downhill dsb.
II. Faktor lainnya tentunya fitur suspensi untuk Fork umumnya ada beberapa fitur yang cukup penting:
  1. Sag atau preload (untuk per pegas) untuk suspensi udara pengaturan sag dilakukan dengan mengatur tekanan udara.
  2. Rebound setting untuk mengatur kecepatan suspensi bereaksi terhadap jalan bergelombang
  3. Fungsi Lock out dengan gatevalve (blow off valve) yaitu fungsi mengunci fork (biasanya untuk menanjak agar tidak mengayun) namun apabila menembui jalan tidak rata parah, maka suspensi akan tetap berfungsi dengan ambang tertentu yang ditentukan dengan gatevalve. (Dipengaruhi berat badan settingnya).
  4. Fungsi compression (Low/High) pada umumnya untuk mengatur kecepatan reaksi menghadapi jalan tidak rata yang parah/misalnaya persegi adalah High compression untuk low compression untuk jalan bergelombang kerikil misalnya. Di beberapa fork fungsi ini sudah otomatis diset.
  5. Dual air, ada suspensi yang memiliki pengaturan tekanan udara positif dan negatif untuk mengatur lebih lanjut tingkat fungsi suspensi (Rockshox dengan Dual Air nya)
  6. Travel adjustment, beberapa fork memiliki fitur pengaturan travel misalnya Fox dengan TALAS 140 (140-100mm atau yang versi 2011 adalah 110-140mm), Rockshox dengan U-Turn misalnya Revelation 120-150mm, dsb. Pengaturan ini digunakan biasanya pada saat menanjak maka travel fork bisa diperpendek agar posisi lebih merunduk/sudut fork terhadap sepeda lebih tajam cocok untuk menanjak, untuk downhill atau gowes turun maka travel fork di perpanjang agar lebih siap menghadapi rintangan pd saat gowes turun.
Fitur fitur diatas diurutkan berdsarkan prioritas dan fungsi #1 s/d #3 merupakan fungsi yang sebaiknya dimiliki fork secara dasar, lebih dari itu umumnya berdasarkan kebutuhan maupun kemampuan kantong.

Upgrade kenyamanan lainnya yang cukup berpengaruh adalah sadel, handle grip dan pedal. Ini adalah titik2 pertemuan antara tubuh goweser dengan sepeda. Apabila komponen ini tidak memberikan kenyamanan maka perjalanan jauh akan cukup menyiksa. Sedikit tips:
  1. Untuk sadel, belum tentu pemakaian gel memberikan kenyamanan lebih, apabila ukuran baik lebar dan panjang tidak sesuai dengan bentuk badan maka tetap saja menyebabkan ketidaknyamanan. Pemilihan sadel bersifat pribadi seperti halnya baju/celana. Namun sebagai panduan, ada beberapa fitur sadel seperti V channel untuk mengurangi tekanan pada titik tumpu di pangkal paha, dan juga beberapa sadel dibagian depan agak melengkung kebawah sehingga tidak menyebabkan celana menyangkut saat menggerakkan badan maju, atau berdiri/duduk saat downhill. Ada beberapa sadel memberikan bagian depan agak panjang agar posisi duduk bisa lebih maju ke depan saat uphill.
  2. Untuk grip, pilih grip yang nyaman dipegang dan tidak licin (tidak mudah bergerak, ada lock out nya), kadangkala grip yang ringan seperti busa/foam memang ringan namun mudah bergerak dan kalau basah tidak nyaman (biasanya untuk balap). Beberapa grip juga memberikan tingkat ergonomi seperti merek ergon dsb. Pemakaian tanduk atau end bar biasanya untuk balap bila menggunakan handle bar flat, untuk handle bar raised (dengan lengkungan) umumnya tidak diperlukan, selain menambah bobot, pemakaian end bar bila tidak benar bisa merusak handle bar apalagi handle bar carbon (apabila tanpa penguat).
  3. Pedal yang baik dan nyaman biasanya disesuaikan dengan fungsi, saat ini pemakaian clipless atau cleat pedal cukup banyak, meski goweser harus banyak latihan agar tidak jatuh bodoh (lupa atau reflek melepaskan cleat belum terbentuk), efisiensi pemakaian clipless/cleat pedal banyak memberikan manfaat (gowesan lebih efisien dan tenaga tersalur lebih baik). Untuk yang sering downhill atau gerakan atau lewat area ekstrim tentunya pemakaian cleat agak mengurangi kenyamanan (rasa aman). Pedal flat bukannya tidak berfungsi maksimal, fitur seperti pin dan bobot lebih ringan saat ini juga dapat membantu fungsi flat pedal lebih merekatkan sepatu dan bobot ringan tidak membebani bobot sepeda seluruhnya. Kelebihan pedal flat tentunya adalah kebebasan gerak kaki saat downhill atau gowes ekstrim.
3. Upgrade Bobot Ringan
Upgrade untuk membuat sepeda berbobot ringan tentunya tidak ada habisnya, dan tergantung teknologi yang tersedia dan kantong tentunnya. Dampak pada saat gowes biasa umumnya tidak terlalu terasa kecuali untuk balap karena beberapa detik atau milidetik saja sudah cukup berpengaruh antara menang dan kalah.
Faktor bobot ringan juga umumnya mempengaruhi keandalan komponen/sepeda menghadapi medan berat. Selain tentunya komponen berbobot ringan tentunya lebih mahal dan gensinya lebih tinggi (prestige).
Untuk mengurangi bobot ada beberapa komponen yang sering digunakan/diupgrade:
1. Penyumbang bobot cukup signifikan tentunya frame, upgrade ke frame carbon atau titanium dapat memberikan penghematan bobot cukup banyak. Namun penggunakan frame karbon yang masih relatif lebih ringkih tentunya menyebabkan pemakain frame karbon untuk medan berat memang belum disarankan. Titanium saat ini juga masih terbatas pada hardtail dan XC fullsus, karena sifatnya yang lebih flex (atau tidak rigid).
2. Komponen berikut adalah suspensi, ada beberapa suspensi untuk balap yang bobotnya bisa dibawah 1,5kg untuk fork
3. Komponen penyumbang terbesar lainnya dan relatif lebih mudah diubah adalah wheelset dan ban itu sendiri. Wheelset seperti Mavic SLR dengan cekungan2 yang meringankan bobot, dan pemakaian spoke/jari-jari butted atau yang sudah dibentuk memberikan bobot yang ringan (umumnya untuk balap). Namun untuk AM/Trail harus disesuaikan tipenya karena pemangkasan bobot tentunya menyebabkan wheelset lebih rentan rusak bila diajak ke medan berat. Untuk ban juga berpengaruh, ban seperti Maxxis maxlite 310 atau yang terbaru 285 bobotnya sekitar 310 dan 285gr saja sedangan ban pada umumnya bisa mencapai 700 gr untuk Trail/AM. Ban bobot ringan biasanya tidak panjang umurnya dan khusus untuk race karena hanya dipakai beberapa kali saja. Cara lain adalah dengan cara tubeless, meski untuk tubeless perlu wheelset yang tubeless ready.
4. Komponen berikutnya adalah groupset, pemakaian seri XX dari SRAM atau XTR dari Shimano memberikan bobot keseluruhan yang ringan karena sudah ada kombinasi karbon dan logam alloy/campuran yang memberikan bobot ringan namun kekuatan yang memadai. Namun demikian untuk pemakaian sehari2 penggunaan komponen tersebut lebih ke arah prestige, seri SLX, atau XT sudah jauh mencukupi, terutama seri SLX yang memang diarahkan ke Trail dan AM. Untuk SRAM versi X7 atau X9 sudah cukup OK. Dibawah itu ada versi Deore dari Shimano untuk entry level dan X5 dari SRAM. Versi Alivio dan dibawahnya memang bisa digunakan namun masih dikategorikan sebagai versi sport saja. Namun Alivio 2011 contohnya sudah naik dari 8-speed menjadi 9-speed yang sudah sama dengan Deore 2010. Untuk 2011 Shimano dengan dyna-sys dan SRAM dengan 2x10 nya menawarkan perbaikan fungsional.
5. Bagian lainnya tentunya adalah mengganti komponen2 allumunium seperti handle bar, stem, seatpost, dsb ke carbon yang lebih ringan.

B. Upgrade Kosmetik
Untuk upgrade kosmetik tidak akan dibahas banyak namun bisa melibatkan pemakaian komponen seperti:
1. Permainan warna atau color coordination (misalnya pemakaian komponen berwarna putih, merah, biru baik di stem, seatpost, baut2, handle bar, grip, dsb)
2. Permainan cat/cutting sticker untuk memberikan kesan unik dan berbeda.
3. Permainan bentuk misalnya menambahkan komponen yang berbeda (biasanya jarang karena selain merubah bentuk dasar, biasanya komponen yang diubah tidak bisa dikembalikan ke bentuk asal bila ingin dijual).
4. Penggunaan pernak pernik berbeda seperti tutup pentil, lock grip dengan dgn nama, memberikan pelapis crank (crankskin), penggunaan spacer stem dengan logo, dsb).
5. Yang cukup ekstrim tentunya adalah mengecat ulang frame secara khusus. Biasanya dilakukan di sepeda fixie untuk mountain bike memang masih jarang, kecuali frame lama atau renovasi sepeda tua. Pengecatan harus dilakukan dengan benar (multi coat dan protective coat) jika tidak maka cat mudah mengelupas terutama saat digunakan di medan berat (terkena batu, kerkili atau tergores dsb).

Artikel diatas memang tidak lengkap dan detil namun semoga paling tidak memberikan wawasan baru selain hanya gowes, namun upgrade, renovasi atau pimp up the bike adalah alternatif hobby selain gowes itu sendiri dan apabila dilakukan sendiri alias ngoprek bisa memberikan kepuasan yang cukup tinggi...

Friday, January 7, 2011

Sepedahan Keluarga: Taman Hutan Rakyat Dago tembus ke Warung Bandrek

Selama liburan Tahun Baru di Bandung, memang rencana gowes, yang tadinya ingin gowes yang lebih berat ke Cikole, Situ Lembang dsb, namun karena tidak ada guide atau kenal goweser lokal akhirnya gowes di tempat yang sudah tahu. Menggunakan GPS track dari Bung Katenzo (Blog nya Katenzo) akhirnya gowes ke Taman Hutan Rakyat (Tahura) Dago dan rencananya tembus ke Warung Bandrek di Dago Pakar dan turun kembali ke villa di Dago Pakar dekat Restaurant The Valley.

Berangkat jam 6 pagi dari Villa sudah di hadang tanjakan namanya juga The Valley jadi dari lembah naik dulu turun naik lagi ke arah Tahura Dago. Bareng Bro Aloy berdua, udara masih dingin karena hari biasa tidak banyak yang gowes kecuali yang libur/cuti mungkin. Ambil pintu 2 dari Tahura, masih belum ada yang jaga jadi langsung bablas ngak bayar deh.

Lokasi pertama yang dilewati adalah Gua Belanda, disitu sudah ada trekker 2 orang, rupanya pasangan yang suka trekking pagi2, langsung tancap gowes lewat jalur paving block yang agak licin jadi gowes harus diatur.

Tidak lama gowes cukup kaget karena di depan sudah ada pasangan yang tadi foto2 didepan gua Belanda, ternyata gua Belanda tersebut tembus ke track paving block yang melingkari gua, dikirain pakai magic bisa pindah tempat dan nyalip :)

Setelah permisi, karena memang mendahulukan trekker dibandingkan goweser, lalu tancap lagi, ternyata jalur di selingi oleh tanjakan2 yang cukup lumayan meski berganti antara tanjakan, jalan datar dan sedikit turunan, wah kapan nih nanjak terus nanti bisa2 tanjakan terakhir ke Warung Bandrek gila banget (dalam hati).

Beberap kali melewati pondok untuk istirahat, dan akhirnya ketemu pondok dengan pemandangan ke arah sungai dengan dam atau pintu airnya lumayan buat foto2 sambil tarik napas. Sepertinya lebih melelahkan mungkin karena udara dingin (sampai nafas pun mengeluarkan embun asap) dan juga oksigen yang lebih tipis kali ya? soalnya nafas lebih berat rasanya.

Gowes dilanjutkan dan ketemu jejeran warung yang baru buka, ngobrol bentar dengan ibu tua penjaga warung minta dibuatkan teh manis hangat ah... Tidak lama trekker yang tadi di salip muncul dari tikungan wuih cepat juga jalannya.

Gowes langsung dilanjutkan lagi dan akhirnya ketemu jembatan sesuai dengan petunjuk blog Katenzo dan di GPS disitulah terdapat jalan potong ke arah War Ban. Sudah kebayang tanjakan parah karena dari tadi belum nanjak setinggi War Ban. Setelah foto2 sebentar di Jembatan langsung menuju jalan potong ke War Ban yang ternyata single track berupa jalan tanah licin dengan sudut lebih dari 45 derajat sudah jelas harus TTB. TTB saja masih susah karena sepatu beberapa kali selip menginjak tanah yang licin. Ada beberapa track yang bisa digowes tapi tidak sampai 20% dari total tanjakan yang selebihnya harus di TTB. Cukup parah namun menyenangkan karena hawa segar dan masuk hutan.

Ternyata jalan tembus di Perkampungan, sambil permisi dan minta jalan akhirnya ketemu peradaban setelah melalui jalur hutan meski tidak panjang cukup memakan waktu 30 menit-an TTB dan gowes sedikit. Setelah kampung kembali ketemu jalan aspal menanjak ringan dan tidak lama belok kanan langsung terlihat Warung Bandrek, ah rupanya disini tembusnya, lega rasanya sampai juga, selain makan snack gorengan dan juice jeruk full peres yang segar... foto2 sebentar, dan lihat2 goweser yang baru tiba dan sudah nongkrong di War Ban. Akhirnya siap untuk turun. Seatpos di drop dan langsung ngacir ngebut turun... kecepatan bisa mencapai 60km lebih sambil sedikit bunny hop bila ketemu polisi tidur, yang pasti puas banget apalagi melewati beberapa goweser yang sedang susah payah nanjak ;) sedangkan kita ngebut turun...

Tidak lebih dari 20 menit sudah sampai di pertigaan jalan Dago Pakar, ambil ke kiri langsung nanjak ke arah Villa dan turun lagi ke lembah. Lumayan gowes singkat tidak lebih dari 2,5 jam yang menyegarkan selain masuk ke hutan lindung dan bisa turun ngebut... juga gowes nya tidak nanjak terus, kecuali TTB di jalan potong terakhir.
Jalur masuk Dari Gerbang 2 Tahura Dago Pakar
Masih jalan masuk di Tahura Dago Pakar
 Di Depan Gua Belanda dengan sepasang Trekker
 Bro Aloy juga foto Narsis dulu
Jalur Paving cukup ok, dengan udara segar meski dingin
 Pemandangan ke sungai dengan dam nya
 Foto Narsis dengan latar belakang sungai
 Sambil istirahat lumayan nafas agak pendek
 Gowes lanjut melalui hutan lindung dan udara yang segar, pemandangan serasa di majalah sayang jalur bukan tanah atau single trek...
Foto-foto di jembatan sebelum belok ke jalur potong, bila dilanjutkan bisa tembus ke Maribaya dan bisa turun ke Lembang sayang waktu terbatas jadi tidak lanjut ke Maribaya
Foto narsis di jembatan
Pose dulu di tanjakan TTB
Tanjakan awal jalur potong ke War Ban, licin, sepatu aja selip berulang kali

 Jalur single track memotong ke Warban TTB most of the time


Jalan aspal setelah ketemu kampung, menanjak sedikit belok kanan ketemu War Ban
Pemandangan dari War Ban, Foto2 tentang War Ban bisa dilihat di artikel nanjak ke Warban

Tuesday, January 4, 2011

Bike Equipment: Giant Reign 2010 "Midnight Blue"

Sudah lama mengidamkan sepeda AM yang cukup macho namun tetap tampil ok. Terbayang warna Favorite Hitam dan Biru sekaligus warna Feng Shui :):)... (ngeces mode on). Sambil mengumpulkan literatur untuk frame AM yang cukup mumpuni. Setelah memakai Trance X0 sekian lama cukup puas dengan performanya, namun karena istri masih pakai hardtail kasihan juga lama2 lewat off road. Akhirnya direncanakan migrasi besar-besaran dari si Putih-Merah Giant ATX7 "Cherry Red" komponennya pindah ke Trance X0 Silver dan sebagian besar komponen Trance X0 yang mumpuni akan pindah ke si Biru Anthem X2, dan sebagian ditukar komponennya ke Trance X0 (terutama crank XT dan BB nya yang pas warna silvernya). Lihat artikel sebelumnya Giant Trance X0 "Silver Red".

Setelah pilih2 dan melihat review kiri kanan, meski Giant Reign mendapat review yang biasa saja meski diatas rata2. Namun karena frame lain yang warna hitam hampir tidak ada, terutama dengan travel 150mm keatas. Kecuali tentu naik tingkat ke frame boutique seperti Yeti dsb yang sudah tentu diluar budget. Akhirnya setelah hunting cukup lama, ketemu juga yang jual frame Reign 2010 X2 warna hitam copotan di Bali (Bung Komang Bobby), setelah kontak dan nego akhirnya frame jadi diambil dan perlu waktu 1 minggu untuk dikirim lewat jasa pengiriman barang. Sambil menunggu frame datang, langsung hunting komponen kedua yang penting yaitu fork. Karena sudah kebayang travel 150mm yang cukup nenggak, maka dicarikan pasangannya yang bisa di adjust travel forknya. Pilihan jatuh ke Fox Talas 150mm. Cari kiri kanan ternyata cukup sulit mendapatkan fork Talas warna hitam apalagi tahun 2010 kebelakang semua warna silver kecuali 2009 dan 2008 awal yang memang ada warna hitam. Namun terlalu tua dan takutnya performa sudah kedodoran kalau 2nd (maklum di Indo sepertinya service fork jarang dilakukan secara rutin).

Telp ke Sanajaya ternyata ada fork FOX Talas 120-150mm 2011, wah asyik... eh di sms lagi salah ternyata hanya ada warna putih, wah nanti dulu deh... Cari lagi hunting online maupun off line, ternyata yang masuk cuman warna putih di akhir 2010 dan awal 2011 kata Pak Oki, nanti mungkin datang 2011 Feb-Mar, waduh kelamaan tuh... Dengan menyesal akhirnya pilihan jatuh ke warna putih saja deh. Setelah datang ke Sanajaya dan book fork dan lihat barang ternyata setelah diteliti travel cuman 100-140mm aduuh, pak Oki ternyata salah tangkap, gawat nih fork nya yang ngak dapat. Hampir menyerah eh ternyata beliau menawarkan fork rock shox Revelation Team 120-150 sudah dual air lagi, dan pas nya warna hitam. Wah ini dia... pas banget... Namun sebelum di book ternyata masih QR 9mm bukan Through Axle 15mm. (Masalahnya sudah pesan Hope Hub Pro 2, beserta rim Brave Dlux 32 dilangganan warna biru anodized, dengan TA 15mm lagi, wah masalah). Tapi karena fork nya susah akhirnya ditebus duluan, nanti TA ke QR dipikirkan kemudian.

Setelah fork dapat tinggal memastikan Hub Hope Pro 2 depan bisa diubah ke QR. Setelah menghubungi Sepeda Kita di BSD (salah satu yang komplit katanya) ternyata konverter Hub Hope hanya ada dari QR ke TA 15 atau 20 tidak ada sebaliknya. Waduh masalah lagi. Mau tidak mau harus pesan ke toko online langganan lagi deh dan perlu waktu sekitar hampir 10 hari dengan ekspedisi kilat (sudah ngak sabar).

Akhirnya 1 hari setelah hari jadi sekalian hadiah ultah, barang datang dan si Biru yang dinamakan Midnight Blue siap dirakit. Pertama-tama kirim rim, hub, dan dapetnya spoke merek "Sapim" kata penjualnya ini merek beken dari dulu cuman jarang barangnya dan ternyata cukup enteng setara dengan DT swiss (comp) dan buatannya mantap bahan logamnya tidak mudah tergores.

Berikutnya perakitan kali ini diserahkan ke toko saja, karena sudah kebayang capenya merakit sendiri meski sudah biasa. Pemasangan dilanjutkan ke group set (Menggunakan XT Dyna Sys 10-speed yang baru, untuk mendapatkan performa AM yang pas agar bisa main di mid chainring most of the time).

Untuk Handle bar, dipilih yang cukup lebar yaitu 700mm (ada beberapa pilihan sebenarnya) namun akhirnya jatuh ke ODI flight control 700ex cocok untuk AM ada versi 750 dan 780 namun terlalu extreme dan lebih cocok untuk DH. Namun kalau mau dipanjangkan masih bisa menggunakan extension knob nya. Grip kembali diserahkan ke ODI Ruffian favorite, kali ini dengan jaw lock (ring pengunci) warna biru.

Pernak-pernik lainnya dipilih warna anodized biru, seperti baut pengencang rotor, disc brake, dan penggantian baut chain ring (Mowa) warna biru, spacer Hope warna biru, beserta headset FSA semuanya anodized blue (meski beberapa komponen hue warnanya tidak sama, namun lumayan lah mirip). Stem dipilih FSA 80mm 6 degree raise, agar tidak terlalu merunduk khas AM, disesuaikan reach tangan dan posisi tubuh. Tambahan komponen biru yang diganti adalah Jockey pulley menggunakan KCNC, dan seatpost QR Hope keduanya warna anodized blue.

Setelah semua komponen terpasang, komponen lama yang dicangkokkan adalah Gravity Dropper Turbo dari Trance X0, dan juga pedal xpedo curve, meski sebenarnya masih mencari pedal flat anodized blue. Pernik lainnya adalah pemasangan sticker clear blue di beberapa logo giant yang ternyata lumayan merubah penampilan menjadi biru metalik (tulisan logo Reign dan Giant di head tube). Logo giant warna silver yang besar cukup mengurangi kesan hitam garang (sebenarnya suka dengan paintwork nya Specialized stumpjumper yang full black dengan logo hitam glossy). Idenya adalah menggunakan cutting sticker, ambil logo Giant di internet, print di cutting sticker, dgn melebihkan sebanyak 1-2 mm, dan pasang per huruf satu persatu menutupi logo giant silver. Warna sticker dipilih doff, berbeda dengan cat frame yang hitam glossy. Akhirnya didapat efek yang mirip... Mantap... Hitamnya frame jadi lebih macho...
Tidak lupa memasang tutup pentil berbentuk peluru anodized blue dan juga sticker crankskin warna biru untuk melindungi crank XT dan memberikan akses warna biru. Chainstay cover logo giant juga diberikan warna biru menggunakan spidol marker waterproof... sehingga kesan birunya lebih menonjol. Dual color biru, dan hitam lebih menonjol dan si "Midnight Blue" akhirnya siap untuk di ajak offroad... kepikiran untuk mencobanya di TW...? hmmm... ayo gowes-aaaah.

Giant Reign 2 2010 "Midnight Blue"
 ODI Flight Control handle bar (with extension tube) 700mm)
 FSA Headset dan FSA Stem OS 190 - 80mm 6 degree raise
 XT brake set, dan shifter yang dilepaskan indikatornya agar lebih clean look
 Rock Shox Revelation Team 120-150mm dual air
QR Skewer semerek dengan Rim dari Brave, Rotor Avid 185mm
  XT disc brake dengan baut anodized blue
 Rim AM/FR anodized blue dari Brave Machine - DLux 32, 25mm lebar dalam cukup untuk menampung hingga ban 2.5inch 
 Float RP2 pasangan asli dari frame Reign 2, sudah mumpuni, dan tidak perlu mengatur kekerasan propedal (fitur ini yang ada di RP23 jarang digunakan juga)
 Bottle cage senada anodized biru dari Minoura, made in Jepun sama yang dipasang di Trance X0 warna merah, besinya allum 7005 yang ringan dan cukup tipis. Anodized nya juga lumayan lebih tahan dibandingkan cat biru biasa
 Sticker biru transparan menutupi logo Reign cukup serasi, modifikasi murah dan sederhana
 Disc Brake XT dengan baut biru dan baut rotor yang anodized blue juga.
 Seatpost bolted fasterner dari Hope dengan warna senada. Beserta limpahan dari Trance X0 Gravity Dropper Turbo yang lebih pas di AM bike
 ODI Ruffian dengan Jaw lock warna anodized blue
 Fitur U-Turn dan travel 120-150 indikator di RockShox Revelation Team 2010 
 Tutup pentil senada anodized blue berbentuk peluru
 Kembali sticker biru transparan menutupi logo Giant berwarna silver... menampilkan efek yang keren.
 Peran sticker biru transparan di logo Reign 
 Stem dan Headset FSA dari sisi lain.
Kembali peran sticker biru transparan kali ini di logo Giant 
Hub Hope Pro 2 di depan yang sudah menggunakan QR 9mm (Hub ini bisa dengan mudah di ubah ke TA 15mm atau 20mm dengan hub converternya).
Dipasangkan Ban Kenda Nevegal ukuran 2.35 yang cukup besar dan terlihat kekar. (Efeknya sudah pasti lebih berat digowes baik karena beratnya maupun tahanannya).
Crank dan Chainring dari Deore XT Dyna Sys 24-32-42 dimana middle dan small chain ring lebih besar sedikit untuk kompensasi sprocket 10-speed 11-36 tooth. Main di middle chainring sudah cukup untuk sebagian besar track. Disini terlihat baut chainring warna anodized blue dari Mowa
Jockey Pulley warna anodized blue sayang kurang gelap (KCNC) namun warnanya hanya ada yang ini di toko. Mungkin bila online ada pilihan lebih banyak.
Tampilan Giant Reign 2 2010 "Midnight Blue"
Tampilan Giant Reign 2 2010 (Stock, alias originalnya).

Monday, January 3, 2011

Sepedahan Bersama: Telaga Warna 1

Pulang dari Tahun baruuan di Bandung, cuti masih ada 2 hari lagi Senin, Selasa. Minggu malam, langsung kontak Pak Sam dari AAB kalau bisa antar ke TW. Ternyata beliau bisa plus ada beberapa yang mau ikut. Ajak bro Aloy dan Davy ternyata berdua off dulu.
Setelah persiapan malamnya selesai, plus tentunya si Midnight Blue karena mau coba jajal trek turunan berbatu dan sebagainya. Denger2 ada downhilnya... hmm.

Pagi2 jam 6 janjian di depan AAB bangbarung, ternyata baru Pak Sam, dan yang lain belum datang setelah menunggu hampir 30 menit akhirnya diputuskan untuk jalan dulu. Gowes diarahkan ke Gadog melalui jalur biasa ke katulampa dan potong ke area parkir gerbang tol Ciawi dan lanjut gowes nanjak ke Gadog.

Rencananya di Gadog cari mobil bak yang biasanya mau ambil sayuran di puncak, biaya jauh lebih murah dari sewa angkot dan sepeda tidak perlu di lepas rodanya, dan lebih mudah untuk menjaga agar tidak lecet. Begitu menurut Pak Sam. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya ada mobil bak/pick up yang bersedia angkut sepeda berdua. Sudah lama ngak duduk di bak dari jaman kecil dulu hehe.



Sampai di RA, sepeda langsung diturunkan, dan setelah bayar, kita cari warung untuk minum teh, kebetulan lapar jadi pesan indomie hangat wah nikmat. Ternyata kabut sudah turun cukup pekat, dan agak gerimis. Setelah siap2 dan pakai jaket agar tidak terlalu basah akibat gerimis. Akhirnya kita berdua lanjut gowes ke gerbang TW. Di depan gerbang kagok pindah gigi sehingga pas nanjak sempat berhenti. Wah malah dikejar satpam penjaga gerbang dan diminta bayar. Karena masalahnya tidak tahu jalan dan Pak Sam sudah hampir tenggelam di telan kabut. Akhirnya alasan saja nanti balik lagi... (wah alasan yang tidak masuk akal, siapa yang mau balik lagi). Langsung cabut gowes untungnya ngak dikejar satpam he.he.



Gowes nanjak di makadam memang lumayan beberapa kali ban pak Sam selip padahal sudah paki ban minion ya... mungkin ukuran kurang besar. Si Midnight Blue yang pakai Kenda nevegal 2.35 ternyata masih lumayan tidak selip dan masih bisa digowes pelan sambil nanjak... Batu licin karena gerimis dari kabut. Sayang sekali waktu ngak pas jadi foto2 backgroundnya putih semua. Kali Pak Sam bilang kita TW 1 aja ya nanti kapan2 kita TW2 dan TW3 biar dapet semua... ok aja deh.. ngikut... sampai di puncak tanjakan jalan mulai ada turunan dan akhirnya ketemu pertigaan dekat perumahan penduduk dan sekolahnya yang khas. Jalan dilanjutkan dengan turunan makadam sampai akhirnya ketemu sungai kecil sambil foto2 menggunakan multiple shot pas nyeberang sungai agak ngebut. Cuci2 sepeda dulu dari kotoran tanah lumayan jadi bersih lagi. Setelah itu turunan makadam dan ketemu jalan raya... yah segini aja yah... wah memang musti jajal TW lainnya nih.






Jalan turun on road lewat jalan belakang (bukan jalur utama puncak) lumayan ada pemandangan, dan akhirnya potong kompas dulu ke jalan raya puncak karena jalur yang biasa macet karena ada bis mogok ini disekitar mega mendung, lalu masuk lagi jalan kecil di pos polisi dan kembali ke jalan belakang. Dan ketemu warung tempat istirahat. Sambil minum2 dan jajan, tidak lama hujan lumayan agak besar. Sambil ngobrol dengan penduduk akhirnya agak reda. Setuju untuk jalan, gowes dilanjutkan ke arah Gn Geulis. Ketemu warung tempat nongkrong di Gn Geulis, lalu turun ke jalur adventure camp dengan turunan mcadam dan tanahnya... Akhirnya gowes dilanjutkan lewat perkampungan dan tembus di dekat pintu Belakang Bogor Lakeside (danau bogor). Dan gowes lanjut pulang ke rumah... Lumayan jauh ternyata total di GPS sih 75Km tapi berikut naik pick up sekitar 20-30 km sehinga total mungkin 40-50 km.